senyumanmu menjadi jembatan surga dan dunia! 🙂

Ada lagu anak-anak yang sudah lama tidak kita dengar “Topi saya bundar.” Tapi diganti kata-katanya menjadi “Romo Pendi bundar, bundar Romo Pendi. Kalau tidak bundar, bukan Romo Pendi.” Kalau Anda melihat sosok Rm. Antonius Effendi SCJ ini, Anda akan segera yakin bahwa lagu ini bukan hasil rekaan saja. Dulu teman-teman SD-nya di Sungai Bahar, Jambi, memanggilnya “Gendut.” Sedari dulu ia bertubuh padat karena daerah asalnya berlimpah minyak kelapa sawit kualitas ekspor dan ditambah lagi hobinya memasak. Di tangah frater kelahiran 25 April 1984 ini semua masakan jadi sip. Terong dari Wonosari serasa bistik sapi Belanda dan kangkung dari Pakem secara capcay made in Taiwan.

Panggilan hidup membiaranya pertama kali diwahyukan pada kakak sulungnya. Ketika Pendi kecil sedang bermain bola (dulu jago lho, posisinya pengganti pemain cadangan, berarti lapis ketiga hehehe), si sulung bercerita pada teman-temannya bahwa Dik Pendi kelak akan menyusul kakak nomor duanya ke seminari. Sejak saat itu tumbuhlah panggilannya untuk menjadi imam. Jadi panggilan Frater Pendi tidak dimulai di sebuah gereja atau di sakristi atau di ruang doa, tapi di lapangan bola! Allah sungguh berkarya luar biasa di lapangan bola itu.

Tahun 2000 ia mendaftarkan diri di Seminari Menengah St. Paulus Palembang dan diterima dengan sukses. Ternyata memang perjalanan panggilan Romo yang mengidolakan Ibu Teresa ini sungguh seperti bola kaki. Disepak kian kemari oleh banyak cobaan. Mulai dari soal nilai studi yang terlalu mepet dengan ambang batas kehidupan hingga banyak persoalan pribadi yang lain. Tapi Tuhan tak berhenti bekerja. Tiga hal yang kemudian menguatkan Rm. Pendi ini: “Aku bisa, aku bersyukur, dan aku bahagia!” Pengalaman doa yang mendalamlah yang menguatkan Rm. Pendi ini untuk terus memotivasi dirinya, terutama di masa-masa sulit.

Alhasil, perlahan –lahan perkembangan diri dan nilai studi Romo kita ini makin seimbang dengan bobot badannya. Makin menanjak. Ia menyadari bahwa rahmatlah yang menguatkan dia selama ini. Mungkin inilah yang membuat Romo yang bercita-cita suatu hari bisa duet nyanyi bareng Agnes Monica ini tetap rendah hati dan punya perhatian pada aksi sosial. Di komunitas, ia dikenal sebagai “pemulung berjubah” karena setia mengumpulkan dan menyortir plastik dan kertas bekas. Ia juga gemar bercocok tanam dan beternak agar komunitas biara lebih dapat berhemat dan uangnya dapat digunakan untuk orang-orang yang kurang mampu. Betapa mulia hati biarawan muda ini. Dengan berbagai kualitas yang prima inilah Frater Pendi menjalani masa Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Sanfrades, Palembang. Beliau ditahbiskan sebagai Imam Hati Kudus Yesus pada Agustus 2013 yang lalu… Dengan motto “Lakukanlah hal kecil dengan cinta yang besar” ia siap gulung tikar dan hijrah dari kebun sawit ke kebun anggurNya, di mana tuaian memang banyak namun pekerja sedikit.